MUSANG DAN
AYAM
Pak Musang ingin sekali makan ayam.Ia
bermaksud menangkap pak Ayam dan keluarganya.” Kita undang keluarga pak Ayam
makan di rumah kita.Barulah mereka kita tangkap,”ujar pak Musang penuh
kelicikan.
Bu Musang tersenyum mendengar rencana
suaminya.”Kalau begitu besok aku akan pergi ke pasar membeli makanan kesukaan
pak Ayam dan keluarganya,”sahut bu Musang bersemangat.
Esok harinya,pak Musang berkunjung ke
rumah pak Ayam.”Selamat pagi pak Ayam”,puji pak Musang sambil tersenyum.”Terus
terang,saya iri sekali dengan pak Ayam karena memiliki anak yang gemuk-gemuk ?
Apa resepnya,sih ?” tanya pak Musang berbasa-basi.
Bu Musang yang curiga kepada pak
Musang berbisik kepada suaminya.”Hati-hati dengan mulut manis pak Musang,bisa
membawa celaka.”Pak Ayam menenangkan istrinya,”Tenang Bu,aku tahu apa yang
harus aku lakukan.
Bu Ayam kembali mengingatkan suaminya
untuk berhati-hati.Pak Ayam mengangguk sambil menarik istrinya,”Jangan
khawatir,aku selalu waspada.Terima kasih,Bu,”jawab pakAyam.
Karena takut siasatnya tercium,pak
Musang membujuk pak Ayam.”Begini pak Ayam.Maksud kedatangan saya,ingin
mengundang pak Ayam sekeluarga untuk makan siang di rumah saya,”kata pak Musang
dengan wajah yang manis,hingga pak Ayam terlena.
”Oh,terima kasih atas
undangannya.Namun sayang sekali,saya dan keluarga tak dapat memebuhi
undanganmu,”sahut pak Ayam.Tapi sebenarnya,pak Ayam tertarik atas undangan itu.
”Sayang sekali bila kau tak bisa
datang. Istriku sudah berbelanja makanan yang lezat kesukaan pak Ayam
sekeluarga,” ujar pak Musang dengan wajah pura-pura sedih dan rasa kecewa yang
dalam.
Akhirnya pak Ayam tergiur juga.
Terbayang dalam benaknya,berbagai makanan lezat terhidang di rumah pak Musang
Karena selama ini, dia jarang sekali makan enak. Maklum, uangnya sangat
terbatas.
Pak Ayam melangkah mantap menuju
rumah pak Musang. Rupanya ia sudah tak sabar. Di tengah perjalanan, pak Ayam membayangkan
makanan yang lezat tersaji di rumah pak Musang.
Kedatangan pak Ayam disambut
keluarga pak Musang dengan wajah berseri. “Selamat datang saudaraku. Tetapi,
sayang sekali, mengapa keluargamu tidak kau bawa?” kata pak Musang.
Pak Ayam minta maaf karena dia tidak
bisa membawa keluarganya. Lalu pak Musang mempersilahkan pak Ayam untuk
menikmati makanan lezatnya. “Demi persahabatan, makanlah sepuasnya pak Ayam.”
Pak Ayam langsung menyantap makanan lezat yang terhidang di depannya.
Pak Musang langsun g melancarkan aksinya. Ketika hendak pulang, pak Ayam
disergap pak Musang. Pak Ayam meronta-ronta. “Jangan makan aku! Jangan makan
aku! Kasihani anak dan istriku,” Pak Ayam menjerit histeris.
Pak Musang dan bu Musang tertawa sinis. “Pak Ayam, kau sudah tertipu.
Hari ini kami akan pesta menyantap tubuhmu yang gemuk itu. Dan besok kami akan
menyantap istri dan anak-anakmu. Kami akan pest a besar!”.
Pak ayam berdoa agar ia selamat dari
jebakan ini. Saat pak Musang lengah, pak Ayam mematuk mata pak Musang. Pak
Musang pun menjerit kesakitan. Pak Ayam berhasil meloloskan diri.
Pak Ayam berlari sekuat tenaga untuk segera sampai di rumah. Pak Musang merasakan
matanya seperti terbakar. Patukan pak Ayam membuat limbung. “Tunggu
pembalasanku! Tunggu pembalasanku!” pekik pak Musang.
Setibanya di rumah, pak Ayam segera meminta maaf kepada istrinya, karena
tidak mendengarkan nasihat bu Ayam.
“Yang penting bapak selamat! Kami semua senang,” pekik anak
–anaknyariang. “Segera tutup pintu!
Nanti pak Musang datang!” Kata pak Ayam.
Pak Ayam berjaga-jaga. Ia mengawasi setiap gerak-gerik pak Musang. Pak
Ayam lega pintu rumah sudah terkunci, yang mereka butuhkan hanyalah berhati-hati.
Sejak pak Musang menjebak pak Ayam dengan siasat liciknya, mereka
menjadi bermusuhan. Padahal sebelumnya mereka dulu adalah sahabat yang saling
tolong menolong.
Penyanyi Kamar Mandi
Ario
sangat kagum pada penyanyi bersuara bagus. Kalau pada penyanyi itu muncul di
televisi, Ario akan menontonnya. Ario juga suka melihat kontes-kontesmenyanyi
di televisi. Ario pun bercita-cita untuk
mejadi penyanyi. Namun, keinginan itu hanya dia simpan dalam hati.
Ario memang anak yang sangat pemalu. Kadang-kadang, dia sedih kalau
gurunya menyuruh menyanyi. Dia akan sekuat tenaga menolak.
“Malu,” Itulah kata Ario selalu.
Ario pun menolak, kalau diminta menyanyi di pesta ulang tahun kawannya.
Padahal, sebetulnya, Ario ingin sekali menyanyi. Jika Ario sedang sendirian, ia
akan menyanyi pelan-pelan. Dia berharap tak seorang pun mendengar nyanyiannya.
Suatu hari, Ario membaca koran. Disana, ada tulisan tentang seorang
penyanyi, dari kecil hingga besar. Ternyata, penyanyi itu mulai menyanyi saat
ia kecil. Dia menyanyi di sekolah, di pesta ulang tahun, di acara 17 Agustus,
dan banyak lagi.
“Wah, aku akan sulit jadi penyanyi kalau aku menjadi anak pemalu,” kata
Ario dalam hati. Dia pun bertekad untuk membuang rasa malunya.
Sejak sat itu, Ario senang menyanyi. Saat mandi, dia menyanyi di kamar
mandi dengan suara keras sambil berkaca menirukan gaya penyanyi pujaannya.
Orang tua dan kakaknya menyebutnya sebagai penyanyi kamar mandi. Menurut Ario,
penyani terkenal pun awalnya adalah penyanyi kamar mandi.
Ditulis Oleh : hendrasetiawan45.blogspot.comTutrorial Css Template
Sobat sedang membaca artikel tentang MUSANG DAN AYAM. Oleh Admin, Sobat diperbolehkan mengcopy paste atau menyebar-luaskan artikel ini. Silakan di rubah dan sesuwekan sesuka selera sobat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan Kritik dan Saran untuk blog ini agar lebih bermanfaat untuk kalian