MAKALAH TAFSIR TARBAWI
“Q.S An-Nahl
:25, dan Q.S Al-Ahzab:2”
DOSEN
PENGAMPU
Hamidatun
Nihayah, M.Th I
Disusun Oleh
Kelompok X :
1.
HENDRA SETIAWAN (201955010104891)
KELAS 2D
JURUSAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS
TARBIYAH
IAI SUNAN GIRI
BOJONEGORO
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas
taufik dan perkenan-Nya, karena berkat limpahan rahmat, taufik, hidayah, serta
inayahnya, kami bisa menyelesaikan tugas penyusunan Makalah Tafsir Tarbawi
dengan judul Ayat-ayat Tentang Ilmu Pengetahuan. Sholawat serta salam
senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah menunjukkan jalan
kebaikan dan kebenaran di dunia dan di akhirat pada umat manusia.
Kami selaku penyusun makalah
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Hamidatun Nihayah, M.Th I selaku dosen
pengampu mata kuliah Tafsir Tarbawi yang telah memberikan arahan dan bimbingan
dalam penyusunan makalah ini, kedua orangtua yang tak pernah lelah mendukung
kelancaran tugas kami, serta teman-teman yang selalu memberikan motivasi demi
lancarnya penyusunan makalah ini.
Begitulah adanya, makalah ini masih
jauh dari sempurna. Dengan segala kerendahan hati, saran dan kritik yang
konstruktif sangat kami harapkan dari pembaca demi perbaikan dan peningkatan
kualitas penyusunan makalah dimasa yang akan datang.
Dan kami berharap, semoga makalah ini
bisa memberikan suatu kemanfaatan bagi kami penyusun dan para pembaca serta
referensi bagi penyusun makalah yang senada di waktu yang akan datang.
Bojonegoro,
8 April 2020
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...............................................................................................................
2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................
3
BAB I ..........................................................................................................................................
4
PENDAHULUAN ......................................................................................................................
4
A. Latar Belakang ......................................................................................................................
4
B. Rumusan Masalah .................................................................................................................
4
C. Tujuan penulisan ……….......................................................................................................
4
BAB II .........................................................................................................................................
5 PEMBAHASAN .........................................................................................................................
5 A. QS. An-Nahl:125 ...................................................................................................................
5
B. QS. Al-Ahzab:2 .....................................................................................................................
7
BAB III ......................................................................................................................................
19 PENUTUP .................................................................................................................................
19 A. Kesimpulan ...........................................................................................................................
19
B. Saran .....................................................................................................................................
19 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................ 20
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kata
ilmu secara bahasa berarti kejelasan. Oleh karena itu, segala bentuk yang
berasal dari akar kata tersebut selalu menunjuk kepada kejelasan. Kata ilmu
dengan berbagai bentuk dan derivasinya terulang 854 kali di dalam Al-Qur’an.
Kata tersebut biasanya digunakan untuk menunjukkan proses pencapaian
pengetahuan dan objek pengetahuan sekaligus. Ia berbeda dengan kata ‘arafa,
oleh karenanya Allah dalam menyampaikan pengetahuan-Nya tentang sesuatu
menggunakan kata ‘ilm, bukan ma’rifah.
Dalam
pandangan Al-Qur’an ilmu adalah suatu keistimewaan yang menjadikan manusia
unggul atas makhluk lain guna menjalankan fungsi kekhalifahannya. Jadi, ilmu
pengetahuan merupakan anugerah yang sangat agung dan rahasia ilahi yang paling
besar dari sekian banyak rahasia Allah Swt. di alam ini.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana Bunyi Ayat, Terjemahan, Kosakata, Asbabun Nuzul serta Penafsiran dari
QS. An-Nahl : 125?
2.
Bagaimana Bunyi Ayat, Terjemahan, Kosakata, Asbabun Nuzul seta Penafsiran dari
QS. Al-Ahzab : 2?
C. Tujuan Penulisan
1.
Untuk Mengetahui Bunyi Ayat, Terjemahan, Kosakata, Asbabun Nuzul serta
Penafsiran dari QS. An-Nahl : 125
2.
Untuk Mengetahui Bunyi Ayat, Terjemahan, Kosakata, Asbabun Nuzul serta Penafsiran
dari QS. Al-Ahzab : 2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Surah An-Nahl ayat 125
1. Ayat
125. Serulah (manusia)
kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah
mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk.
2. Tafsir
a) Tafsir Ibnu Katsir
Allah SWT berfirman,
memerintahkan Rasul-Nya Muhammad saw untuk menyeru makhluk ke jalan Allah
dengan cara hikmah (perkataan yang tegas dan benar). Ibnu Jarir berkata, “dan
demikianlah apa yang diturunkan Allah kepada Muhammad dari kitab, sunnah dan
pelajaran yang baik, yaitu tentang sesuatu yang di dalamnya terdapat larangan
dan ketetapan bagi manusia. Mengingatkan mereka dengan itu semua (al-Kitab,
sunnah dan mauizhoh) agar mereka takut akan siksa Allah SWT.
b) Tafsir Munir
Ajaklah kepada jalan
Tuhanmu ya... Muhammad (kepada agama Allah) dengan Hikmah dengan ucapan
kebijaksanaan. Ini adalah merupakan dalil yang bersih yang benar dari
penyerupaan-penyerupaan yang keliru. Adapun yang disebut dengan nasehat yang
baik adalah nasehat-nasehat dan pelajaran-pelajaran yang bermanfaat dan
perkataan yang bercahaya. Telah berkata Imam Baidhowi yang dimaksud dengan:
“Hikmah adalah: seruan atau ajakan yang has kepada umat yang sedang belajar
yang dituntut kepada kebenaran”. Al-Mau'idhoh adalah: pendidikan atau seruan
kepada kaum awam. Jadilhum Billati Hiya Ahsan adalah: maka debatlah mereka
dengan yang lebih baik (sebaik-baik debat), yaitu perdebatan sambil menyeru mereka
dengan jalan yang lebih baik. Berbagai jalan perdebatan itu antara lain: Debat
dengan cara halus, debat dengan penuh kasih sayang, dan perdebatan yang
meninggalkan artinya semudah-mudahnya cara untuk membangun dalil-dalil yang
harus dipersembahkan dan dikedepankan.
c) Tafsir Musthafa Al Maraghi
Hai Rasul, serulah
orang-orang yang kau diutus kepada mereka dengan cara menyeru mereka kepada
syari’at yang telah digariskan Allah bagi makhluk-Nya melalui wahyu yang
diberikan kepadaMu, dan memberi mereka pelajaran dan peringatan yang diletakkan
di dalam kitab-Nya sebagai hujah atas mereka, serta selalu diingatkan kepada
mereka, seperti diulang-ulang dalam surat ini. Dan bantahlah mereka dengan
bantahan yang lebih baik daripada bantahan lainnya seperti memberi maaf kepada
mereka jika mereka mengotori kehormatanmu serta bersikaplah lemah lembut
terhadap mereka dengan menyampaikan kata-kata yang baik, sebagaimana firman
Allah di dalam ayat lain:
Dan janganlah kamu
berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali
dengan orang-orang zalim di antara mereka, dan Katakanlah: "Kami telah
beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada Kami dan yang diturunkan
kepadamu; Tuhan Kami dan Tuhanmu adalah satu; dan Kami hanya kepada-Nya berserah
diri".
3. Metode Pendidikan Berdasarkan Surah
An-Nahl ayat 125
a) Bil Hikmah (بالحكمة)
ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ
“Serulah manusia kepada
jalan Tuhan-mu dengan hikmah”
Ayat di atas mengandung
makna perintah, dengan adanya kata ادع Allah memerintahkan untuk menyeru kepada
manusia kepada jalan yang benar dengan cara hikmah. Oleh karena mengandung
pengertian perintah. Maka lafadz itu memberi pengertian keharusan (wajib).
Dengan demikian perintah ini menjadi wajib untuk dilaksanakan yaitu: mengajak
manusia dengan jalan hikmah.
Menurut Syekh Musthafa
Al Maraghi dalam tafsir Al Maraghi mengatakan bahwa hikmah adalah ungkapan yang
jelas dan tegas disertai dengan dalil yang dapat mempertegas kebenaran apa yang
dipaparkan, dan dapat menghilangkan keragu-raguan.
Berdasarkan penafsiran
para mufasir hikmah mengandung makna sebagai berikut:
i.
Perkataan yang kuat disertai dalil yang
menjelaskan kebenaran dan menghilangkan kesalahpahaman
ii.
Pengetahuan tentang rahasia dan faedah
segala sesuatu. Dengan pengetahuan sesuatu itu dapat diyakini
keadaannya/pengetahuan itu memberi manfaat.
iii.
Perkataan yang tepat dan benar yang
menjadi dalil (argumen) untuk menjelaskan mana yang hak dan mana yang bathil.
iv.
Mengetahui hukum-hukum Al-Qur'an, paham
Al-Qur'an, paham agama, takut kepada Allah, benar perkataan dan perbuatan
v.
Tutur kata yang mempengaruhi jiwa
vi.
Akal budi yang mulia, dada yang lapang
dan hati yang bersih. Menarik perhatian orang kepada agama (kepercayaan
terhadap Tuhan)
vii.
Perkataan yang tegas dan benar
Dengan demikian bila
diaplikasikan ke dalam pendidikan Islam, maka hikmah dapat digunakan sebagai
salah satu metode pendidikan agama Islam Dari penafsiran mufasir di atas, dapat
disimpulkan bahwa hikmah mengandung arti pengetahuan yang dalam yang
menjelaskan kebenaran serta menghilangkan kesalahpahaman melalui tutur kata
yang tegas dan benar serta mempengaruhi jiwa, akal budi yang mulia, dada yang
lapang dan hati yang bersih.
Metode hikmah
mewujudkan suasana kondusif yang memungkinkan terjadinya interaksi edukatif
yang menyentuh siswa untuk dapat menerima dan memahami serta mendorong semangat
belajar, melalui terwujudnya komunikasi baik antara pendidik dan peserta didik.
Dimana pembinaan karakter peserta didik dan kewibawaan pendidik tetap terjaga.
b) Al-Mau'izhoh al-hasanah (والموعضة الحسنة)
Huruf "wawu"
(و) pada kalimat di atas adalah huruf athaf, yang menghubungkan dengan kalimat
sesudahnya. Dengan demikian cara kedua dalam menyeru manusia kepada jalan yang
benar adalah dengan cara al-mau'izhoh al-hasanah.
Metode ini yaitu
menggugah hati dan dapat mengena sasaran hati bila ucapan yang disampaikan itu
disertai dengan pengalaman dan keteladanan dari yang menyampaikannya.
Dalam tafsiran para
mufasir bahwa الموعظة الحسنة mengandung arti sebagai berikut:
i.
Pelajaran dan peringatan
ii. Dalil-dalil yang bersifat dzanni
yang dapat memberi kepuasan kepada orang awam.
iii. Pendidikan dengan bahasa yang lemah
lembut sehingga memberikan ketentraman.
iv. Pendidikan yang baik yang disambut
oleh akal yang sejahtera dan diterima oleh tabi'at manusia yang benar
v. Nasehat yang baik.
Berdasarkan dari
beberapa tafsir, al-mau'izhoh hasanah mengandung arti pendidikan/nasihat (baik
pelajaran atau peringatan), dengan cara lemah lembut sehingga dapat diterima dan
menimbulkan ketenangan dan ketentraman jiwa bukan kecemasan, gelisah atau
ketakutan".
Dengan demikian dapat
dipahami bahwa memberikan nasihat itu tidak mudah. Mau'izhoh hasanah tidak
hanya terbatas pada nasihat tetapi perlu dapat dilaksanakan secara terencana,
bertahap dan bertanggung jawab, artinya pemberi nasihat (pendidik) memahami
etika yang baik dalam memberikan nasihat, dilakukan berulang-ulang dan
teraplikasikan dengan baik..
Mauizhoh hasanah
merupakan salah satu metode pendidikan Islam, yang memberikan penyucian dan
pembersihan rohani/jiwa, yang memungkinkan peserta didik menerima, memahami dan
menghayati terhadap materi yang disampaikan. untuk menjadi hamba yang mendapat
keridhoan Allah SWT. Dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.
c) Wajadilhum Bil-lati Hiya Ahsan (جادلهم بالتى
هي احسن)
Esensi dari ayat di
atas adalah, bahwa Allah SWT memerintahkan bermujadalah (berdebat) dengan cara
yang baik. Apa yang disampaikan tetap dalam kesopanan, dengan menggunakan
argument yang benar, dengan demikian lawan debat tidak merasa kalah dan yang
mengajak debat walau menang tetapi juga jangan sampai merasa menang dan
hebat.[4]
Berdasarkan penafsiran
para mufassir, dapat diketahui bahwa mujadalah bi al-lati hiya ahsan,
mengandung arti sebagai berikut:
- Bantahan yang lebih baik, dengan memberi manfaat, bersikap lemah lembut, perkataan
- Percakapan dan perdebatan untuk memuaskan penantang.
- Perdebatan yang baik, yaitu membawa mereka berpikir untuk menemukan kebenaran, menciptakan suasana yang nyaman dan santai serta saling menghormati
- Perbantahan atau pertukaran pikiran dengan baik yaitu tidak menyakiti hati dan menggunakan akal yang sehat.
Berkenaan dengan
pengertian jadala, para ulama mengartikan jadala dengan bertukar pikiran
(berdialog), termasuk dengan cara saling mengalahkan argumentasi lawan. Dengan
demikian asumsi sementara bila di dalam Al-Qur'an terdapat dialog dan ada usaha
saling mematahkan lawan dan bersifat keras. maka dialog tersebut sebagai jadal
atau mujadalah.
Dengan demikian dapat
dipahami bahwa mujadalah di sini mengandung makna sebagai proses penyampaian
materi melalui diskusi atau perdebatan, bertukar pikiran dengan menggunakan
cara yang terbaik, sopan santun, saling menghormati dan menghargai serta tidak
arogan. Allah SWT telah melarang mujadalah
yang memiliki unsur pertengkaran dan permusuhan.
Allah berfirman dalam
OS. al-Ankabut ayat 46:
Artinya:
"Janganlah kalian berdebat dengan ahli kitab melainkan dengan cara yang
baik....... "
Selanjutnya dapat di
ketahui pula bahwa dalam melakukan mujadalah hendaknya tidak memancing lawan
dengan mengeluarkan kata-kata yang kasar karena tidak sesuai dengan nilai-nilai
etika Islami. Kata-kata serta sikap yang kasar dapat menimbulkan suasana yang
panas, menghindari kesombongan, tinggi hari dan nafsu untuk menjatuhkan lawan.
Proses diskusi
bertujuan menemukan kebenaran, memfokuskan diri pada pokok permasalahan.
Menggunakan akal sehat dan jernih, menghargai pendapat orang lain, memahami
tema pembahasan, antusias, mengungkapkan dengan baik, dengan santun, dapat
mewujudkan suasana yang nyaman dan santai untuk mencapai kebenaran serta
memuaskan semua pihak. Demikianlah di antaranya mujadalah yang di kehendaki
oleh Al-Qur'an (mujadalah bi al-lati hiya ahsan).
Pendidikan agama Islam
merupakan pendidikan yang memiliki nilai tinggi dalam kehidupan bermasyarakat.
Oleh karena itu diskusi untuk memecahkan suatu permasalahan dan mencari
kebenaran dalam proses pendidikan agama Islam, sangat dianjurkan. Melalui
pemecahan masalah untuk mencari suatu kebenaran dapat mendorong siswa untuk
memiliki pemahaman yang luas dan memuaskan rasa ingin tahunya. Untuk itu proses
diskusi perlu diperhatikan dengan baik.
Di antara materi
pendidikan agama Islam akan terasa lebih bermakna, mudah dan memiliki nilai
pengetahuan yang luas apabila disajikan dalam bentuk diskusi yang islami.
Sehingga memberikan nilai plus bagi murid dengan memperoleh wawasan yang luas,
dan keyakinan yang kuat terhadap pemahaman keagamaan, serta melatih peserta
didik agar berbicara dan menjadi pendengar yang baik.
B. Surah Al Ahzab Ayat 2
1.
Ayat
وَاتَّبِعْ
مَا يُوحَى إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرً
2.Dan ikutilah apa yang
diwahyukan Tuhan kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan.
2. Tafsir
a) Tafsir
Jalalain
(Dan ikutilah apa yang
diwahyukan Rabbmu kepadamu) yaitu Alquran. (Sesungguhnya Allah adalah Maha
Mengetahui apa yang kalian kerjakan) menurut suatu qiraat lafal ta'maluuna
dibaca ya'maluuna.
b) Tafsir
Ibnu Katsir
Tafsir Surat Al-Ahzab:
1-3 Hai Nabi, bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu menuruti (keinginan)
orang-orang kafir dan orang-orang munafik. Sesungguhnya Allah adalah Maha
Mengetahui lagi Mahabijaksana. Dan ikutilah apa yang diwahyukan Tuhanmu
kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dan
bertawakallah kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pemelihara. Perintah ini
lahiriahnya ditujukan kepada orang yang berkedudukan tinggi (Nabi Saw.), tetapi
makna yang dimaksud ditujukan kepada orang yang lebih rendah kedudukannya
(umatnya). Karena sesungguhnya Allah Swt. itu apabila memerintahkan kepada
hamba dan rasul-Nya dengan perintah ini, maka terlebih lagi kepada orang yang
sebawahnya. Talq ibnu Habib pernah mengatakan bahwa takwa ialah bila engkau
selalu mengerjakan ketaatan kepada Allah atas dasar cahaya dari Allah dan
mengharapkan pahala-Nya, dan bila kamu meninggalkan kedurhakaan terhadap Allah
atas dasar cahaya dari Allah dan karena takut terhadap azab-Nya. Firman Allah
Swt.: dan janganlah kamu menuruti (keinginan) orang-orang kafir dan orang-orang
munafik. (Al-Ahzab: l) Artinya, janganlah kamu mendengar ucapan mereka dan
jangan pula meminta saran dari mereka. Sesungguhnya Allah adalah Maha
Mengetahui lagi Mahabijaksana. (Al-Ahzab: l) Dia lebih berhak untuk diikuti
perintah-perintah-Nya dan ditaati, karena sesungguhnya Dia Maha Mengetahui
semua akibat segala urusan, lagi Mahabijaksana dalam semua ucapan dan
perbuatan-Nya. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan: dan ikutilah
apa yang diwahyukan Tuhanmu kepadamu. (Al-Ahzab: 2) Yakni berupa Al-Qur'an dan
sunnah. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(Al-Ahzab: 2) Maka tiada sesuatu pun yang tersembunyi bagi-Nya. dan
bertawakallah kepada Allah. (Al-Ahzab: 3) dalam semua urusan dan keadaanmu. dan
cukuplah Allah sebagai Pemelihara. (Al-Ahzab: 3) Cukuplah Allah sebagai
Pemelihara bagi orang yang bertawakal dan bertobat kepada-Nya.
Ditulis Oleh : hendrasetiawan45.blogspot.comTutrorial Css Template
Sobat sedang membaca artikel tentang Makalah Tafsir Tarbawi “Q.S An-Nahl :25, dan Q.S Al-Ahzab:2”. Oleh Admin, Sobat diperbolehkan mengcopy paste atau menyebar-luaskan artikel ini. Silakan di rubah dan sesuwekan sesuka selera sobat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan Kritik dan Saran untuk blog ini agar lebih bermanfaat untuk kalian