06 April 2020

Makalah Tafsir Tarbawi “Q.S An-Nahl :25, dan Q.S Al-Ahzab:2”



MAKALAH TAFSIR TARBAWI
“Q.S An-Nahl :25, dan Q.S Al-Ahzab:2”

DOSEN PENGAMPU
Hamidatun Nihayah, M.Th I




Disusun Oleh Kelompok X :

1.  HENDRA SETIAWAN           (201955010104891)


KELAS 2D
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
IAI SUNAN GIRI BOJONEGORO
2019/2020



KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas taufik dan perkenan-Nya, karena berkat limpahan rahmat, taufik, hidayah, serta inayahnya, kami bisa menyelesaikan tugas penyusunan Makalah Tafsir Tarbawi dengan judul Ayat-ayat Tentang Ilmu Pengetahuan. Sholawat serta salam senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah menunjukkan jalan kebaikan dan kebenaran di dunia dan di akhirat pada umat manusia.
Kami selaku penyusun makalah mengucapkan terima kasih kepada Ibu Hamidatun Nihayah, M.Th I selaku dosen pengampu mata kuliah Tafsir Tarbawi yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan makalah ini, kedua orangtua yang tak pernah lelah mendukung kelancaran tugas kami, serta teman-teman yang selalu memberikan motivasi demi lancarnya penyusunan makalah ini.
Begitulah adanya, makalah ini masih jauh dari sempurna. Dengan segala kerendahan hati, saran dan kritik yang konstruktif sangat kami harapkan dari pembaca demi perbaikan dan peningkatan kualitas penyusunan makalah dimasa yang akan datang.
Dan kami berharap, semoga makalah ini bisa memberikan suatu kemanfaatan bagi kami penyusun dan para pembaca serta referensi bagi penyusun makalah yang senada di waktu yang akan datang.






Bojonegoro, 8 April 2020






Penulis


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2
DAFTAR ISI............................................................................................................................... 3
BAB I .......................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ...................................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................. 4
C. Tujuan penulisan ………....................................................................................................... 4
BAB II ......................................................................................................................................... 5 PEMBAHASAN ......................................................................................................................... 5 A. QS. An-Nahl:125 ................................................................................................................... 5
B. QS. Al-Ahzab:2 ..................................................................................................................... 7
BAB III ...................................................................................................................................... 19 PENUTUP ................................................................................................................................. 19 A. Kesimpulan ........................................................................................................................... 19
B. Saran ..................................................................................................................................... 19 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................   20

















BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kata ilmu secara bahasa berarti kejelasan. Oleh karena itu, segala bentuk yang berasal dari akar kata tersebut selalu menunjuk kepada kejelasan. Kata ilmu dengan berbagai bentuk dan derivasinya terulang 854 kali di dalam Al-Qur’an. Kata tersebut biasanya digunakan untuk menunjukkan proses pencapaian pengetahuan dan objek pengetahuan sekaligus. Ia berbeda dengan kata ‘arafa, oleh karenanya Allah dalam menyampaikan pengetahuan-Nya tentang sesuatu menggunakan kata ‘ilm, bukan ma’rifah.
Dalam pandangan Al-Qur’an ilmu adalah suatu keistimewaan yang menjadikan manusia unggul atas makhluk lain guna menjalankan fungsi kekhalifahannya. Jadi, ilmu pengetahuan merupakan anugerah yang sangat agung dan rahasia ilahi yang paling besar dari sekian banyak rahasia Allah Swt. di alam ini.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Bunyi Ayat, Terjemahan, Kosakata, Asbabun Nuzul serta Penafsiran dari QS. An-Nahl : 125?
2. Bagaimana Bunyi Ayat, Terjemahan, Kosakata, Asbabun Nuzul seta Penafsiran dari QS. Al-Ahzab : 2?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Bunyi Ayat, Terjemahan, Kosakata, Asbabun Nuzul serta Penafsiran dari QS. An-Nahl : 125
2. Untuk Mengetahui Bunyi Ayat, Terjemahan, Kosakata, Asbabun Nuzul serta Penafsiran dari QS. Al-Ahzab : 2




















BAB II
PEMBAHASAN

A.    Surah An-Nahl ayat 125
1.         Ayat

125. Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
2.      Tafsir
a)      Tafsir Ibnu Katsir
Allah SWT berfirman, memerintahkan Rasul-Nya Muhammad saw untuk menyeru makhluk ke jalan Allah dengan cara hikmah (perkataan yang tegas dan benar). Ibnu Jarir berkata, “dan demikianlah apa yang diturunkan Allah kepada Muhammad dari kitab, sunnah dan pelajaran yang baik, yaitu tentang sesuatu yang di dalamnya terdapat larangan dan ketetapan bagi manusia. Mengingatkan mereka dengan itu semua (al-Kitab, sunnah dan mauizhoh) agar mereka takut akan siksa Allah SWT.
b)      Tafsir Munir
Ajaklah kepada jalan Tuhanmu ya... Muhammad (kepada agama Allah) dengan Hikmah dengan ucapan kebijaksanaan. Ini adalah merupakan dalil yang bersih yang benar dari penyerupaan-penyerupaan yang keliru. Adapun yang disebut dengan nasehat yang baik adalah nasehat-nasehat dan pelajaran-pelajaran yang bermanfaat dan perkataan yang bercahaya. Telah berkata Imam Baidhowi yang dimaksud dengan: “Hikmah adalah: seruan atau ajakan yang has kepada umat yang sedang belajar yang dituntut kepada kebenaran”. Al-Mau'idhoh adalah: pendidikan atau seruan kepada kaum awam. Jadilhum Billati Hiya Ahsan adalah: maka debatlah mereka dengan yang lebih baik (sebaik-baik debat), yaitu perdebatan sambil menyeru mereka dengan jalan yang lebih baik. Berbagai jalan perdebatan itu antara lain: Debat dengan cara halus, debat dengan penuh kasih sayang, dan perdebatan yang meninggalkan artinya semudah-mudahnya cara untuk membangun dalil-dalil yang harus dipersembahkan dan dikedepankan.
c)      Tafsir Musthafa Al Maraghi
Hai Rasul, serulah orang-orang yang kau diutus kepada mereka dengan cara menyeru mereka kepada syari’at yang telah digariskan Allah bagi makhluk-Nya melalui wahyu yang diberikan kepadaMu, dan memberi mereka pelajaran dan peringatan yang diletakkan di dalam kitab-Nya sebagai hujah atas mereka, serta selalu diingatkan kepada mereka, seperti diulang-ulang dalam surat ini. Dan bantahlah mereka dengan bantahan yang lebih baik daripada bantahan lainnya seperti memberi maaf kepada mereka jika mereka mengotori kehormatanmu serta bersikaplah lemah lembut terhadap mereka dengan menyampaikan kata-kata yang baik, sebagaimana firman Allah di dalam ayat lain:
Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka, dan Katakanlah: "Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada Kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan Kami dan Tuhanmu adalah satu; dan Kami hanya kepada-Nya berserah diri".
3.      Metode Pendidikan Berdasarkan Surah An-Nahl ayat 125
a)      Bil Hikmah (بالحكمة)
         ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ
“Serulah manusia kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah”

Ayat di atas mengandung makna perintah, dengan adanya kata ادع Allah memerintahkan untuk menyeru kepada manusia kepada jalan yang benar dengan cara hikmah. Oleh karena mengandung pengertian perintah. Maka lafadz itu memberi pengertian keharusan (wajib). Dengan demikian perintah ini menjadi wajib untuk dilaksanakan yaitu: mengajak manusia dengan jalan hikmah.
Menurut Syekh Musthafa Al Maraghi dalam tafsir Al Maraghi mengatakan bahwa hikmah adalah ungkapan yang jelas dan tegas disertai dengan dalil yang dapat mempertegas kebenaran apa yang dipaparkan, dan dapat menghilangkan keragu-raguan.
Berdasarkan penafsiran para mufasir hikmah mengandung makna sebagai berikut:
i.                    Perkataan yang kuat disertai dalil yang menjelaskan kebenaran dan menghilangkan kesalahpahaman
ii.                  Pengetahuan tentang rahasia dan faedah segala sesuatu. Dengan pengetahuan sesuatu itu dapat diyakini keadaannya/pengetahuan itu memberi manfaat.
iii.                Perkataan yang tepat dan benar yang menjadi dalil (argumen) untuk menjelaskan mana yang hak dan mana yang bathil.
iv.                 Mengetahui hukum-hukum Al-Qur'an, paham Al-Qur'an, paham agama, takut kepada Allah, benar perkataan dan perbuatan
v.                  Tutur kata yang mempengaruhi jiwa
vi.                Akal budi yang mulia, dada yang lapang dan hati yang bersih. Menarik perhatian orang kepada agama (kepercayaan terhadap Tuhan)
vii.               Perkataan yang tegas dan benar

Dengan demikian bila diaplikasikan ke dalam pendidikan Islam, maka hikmah dapat digunakan sebagai salah satu metode pendidikan agama Islam Dari penafsiran mufasir di atas, dapat disimpulkan bahwa hikmah mengandung arti pengetahuan yang dalam yang menjelaskan kebenaran serta menghilangkan kesalahpahaman melalui tutur kata yang tegas dan benar serta mempengaruhi jiwa, akal budi yang mulia, dada yang lapang dan hati yang bersih.
Metode hikmah mewujudkan suasana kondusif yang memungkinkan terjadinya interaksi edukatif yang menyentuh siswa untuk dapat menerima dan memahami serta mendorong semangat belajar, melalui terwujudnya komunikasi baik antara pendidik dan peserta didik. Dimana pembinaan karakter peserta didik dan kewibawaan pendidik tetap terjaga.
b)      Al-Mau'izhoh al-hasanah (والموعضة الحسنة)
Huruf "wawu" (و) pada kalimat di atas adalah huruf athaf, yang menghubungkan dengan kalimat sesudahnya. Dengan demikian cara kedua dalam menyeru manusia kepada jalan yang benar adalah dengan cara al-mau'izhoh al-hasanah.
Metode ini yaitu menggugah hati dan dapat mengena sasaran hati bila ucapan yang disampaikan itu disertai dengan pengalaman dan keteladanan dari yang menyampaikannya.
Dalam tafsiran para mufasir bahwa الموعظة الحسنة mengandung arti sebagai berikut:
 i.            Pelajaran dan peringatan
ii.           Dalil-dalil yang bersifat dzanni yang dapat memberi kepuasan kepada orang awam.
iii.          Pendidikan dengan bahasa yang lemah lembut sehingga memberikan ketentraman.
iv.          Pendidikan yang baik yang disambut oleh akal yang sejahtera dan diterima oleh                                              tabi'at manusia yang benar
v.           Nasehat yang baik.
Berdasarkan dari beberapa tafsir, al-mau'izhoh hasanah mengandung arti pendidikan/nasihat (baik pelajaran atau peringatan), dengan cara lemah lembut sehingga dapat diterima dan menimbulkan ketenangan dan ketentraman jiwa bukan kecemasan, gelisah atau ketakutan".
Dengan demikian dapat dipahami bahwa memberikan nasihat itu tidak mudah. Mau'izhoh hasanah tidak hanya terbatas pada nasihat tetapi perlu dapat dilaksanakan secara terencana, bertahap dan bertanggung jawab, artinya pemberi nasihat (pendidik) memahami etika yang baik dalam memberikan nasihat, dilakukan berulang-ulang dan teraplikasikan dengan baik..
Mauizhoh hasanah merupakan salah satu metode pendidikan Islam, yang memberikan penyucian dan pembersihan rohani/jiwa, yang memungkinkan peserta didik menerima, memahami dan menghayati terhadap materi yang disampaikan. untuk menjadi hamba yang mendapat keridhoan Allah SWT. Dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.
c)      Wajadilhum Bil-lati Hiya Ahsan (جادلهم بالتى هي احسن)
Esensi dari ayat di atas adalah, bahwa Allah SWT memerintahkan bermujadalah (berdebat) dengan cara yang baik. Apa yang disampaikan tetap dalam kesopanan, dengan menggunakan argument yang benar, dengan demikian lawan debat tidak merasa kalah dan yang mengajak debat walau menang tetapi juga jangan sampai merasa menang dan hebat.[4]
Berdasarkan penafsiran para mufassir, dapat diketahui bahwa mujadalah bi al-lati hiya ahsan, mengandung arti sebagai berikut:
  1. Bantahan yang lebih baik, dengan memberi manfaat, bersikap lemah lembut, perkataan
  2. Percakapan dan perdebatan untuk memuaskan penantang.
  3. Perdebatan yang baik, yaitu membawa mereka berpikir untuk menemukan kebenaran,      menciptakan suasana yang nyaman dan santai serta saling menghormati
  4. Perbantahan atau pertukaran pikiran dengan baik yaitu tidak menyakiti hati dan menggunakan akal yang sehat.
Berkenaan dengan pengertian jadala, para ulama mengartikan jadala dengan bertukar pikiran (berdialog), termasuk dengan cara saling mengalahkan argumentasi lawan. Dengan demikian asumsi sementara bila di dalam Al-Qur'an terdapat dialog dan ada usaha saling mematahkan lawan dan bersifat keras. maka dialog tersebut sebagai jadal atau mujadalah.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa mujadalah di sini mengandung makna sebagai proses penyampaian materi melalui diskusi atau perdebatan, bertukar pikiran dengan menggunakan cara yang terbaik, sopan santun, saling menghormati dan menghargai serta tidak arogan. Allah SWT telah melarang  mujadalah yang memiliki unsur pertengkaran dan permusuhan.
Allah berfirman dalam OS. al-Ankabut ayat 46:
Artinya: "Janganlah kalian berdebat dengan ahli kitab melainkan dengan cara yang baik....... "
Selanjutnya dapat di ketahui pula bahwa dalam melakukan mujadalah hendaknya tidak memancing lawan dengan mengeluarkan kata-kata yang kasar karena tidak sesuai dengan nilai-nilai etika Islami. Kata-kata serta sikap yang kasar dapat menimbulkan suasana yang panas, menghindari kesombongan, tinggi hari dan nafsu untuk menjatuhkan lawan.
Proses diskusi bertujuan menemukan kebenaran, memfokuskan diri pada pokok permasalahan. Menggunakan akal sehat dan jernih, menghargai pendapat orang lain, memahami tema pembahasan, antusias, mengungkapkan dengan baik, dengan santun, dapat mewujudkan suasana yang nyaman dan santai untuk mencapai kebenaran serta memuaskan semua pihak. Demikianlah di antaranya mujadalah yang di kehendaki oleh Al-Qur'an (mujadalah bi al-lati hiya ahsan).
Pendidikan agama Islam merupakan pendidikan yang memiliki nilai tinggi dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu diskusi untuk memecahkan suatu permasalahan dan mencari kebenaran dalam proses pendidikan agama Islam, sangat dianjurkan. Melalui pemecahan masalah untuk mencari suatu kebenaran dapat mendorong siswa untuk memiliki pemahaman yang luas dan memuaskan rasa ingin tahunya. Untuk itu proses diskusi perlu diperhatikan dengan baik.
Di antara materi pendidikan agama Islam akan terasa lebih bermakna, mudah dan memiliki nilai pengetahuan yang luas apabila disajikan dalam bentuk diskusi yang islami. Sehingga memberikan nilai plus bagi murid dengan memperoleh wawasan yang luas, dan keyakinan yang kuat terhadap pemahaman keagamaan, serta melatih peserta didik agar berbicara dan menjadi pendengar yang baik.
B.    Surah Al Ahzab Ayat 2
1. Ayat
وَاتَّبِعْ مَا يُوحَى إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرً
2.Dan ikutilah apa yang diwahyukan Tuhan kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
2. Tafsir 
a)      Tafsir Jalalain                                             
(Dan ikutilah apa yang diwahyukan Rabbmu kepadamu) yaitu Alquran. (Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan) menurut suatu qiraat lafal ta'maluuna dibaca ya'maluuna.
b)      Tafsir Ibnu Katsir                                           

Tafsir Surat Al-Ahzab: 1-3 Hai Nabi, bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu menuruti (keinginan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana. Dan ikutilah apa yang diwahyukan Tuhanmu kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dan bertawakallah kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pemelihara. Perintah ini lahiriahnya ditujukan kepada orang yang berkedudukan tinggi (Nabi Saw.), tetapi makna yang dimaksud ditujukan kepada orang yang lebih rendah kedudukannya (umatnya). Karena sesungguhnya Allah Swt. itu apabila memerintahkan kepada hamba dan rasul-Nya dengan perintah ini, maka terlebih lagi kepada orang yang sebawahnya. Talq ibnu Habib pernah mengatakan bahwa takwa ialah bila engkau selalu mengerjakan ketaatan kepada Allah atas dasar cahaya dari Allah dan mengharapkan pahala-Nya, dan bila kamu meninggalkan kedurhakaan terhadap Allah atas dasar cahaya dari Allah dan karena takut terhadap azab-Nya. Firman Allah Swt.: dan janganlah kamu menuruti (keinginan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik. (Al-Ahzab: l) Artinya, janganlah kamu mendengar ucapan mereka dan jangan pula meminta saran dari mereka. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana. (Al-Ahzab: l) Dia lebih berhak untuk diikuti perintah-perintah-Nya dan ditaati, karena sesungguhnya Dia Maha Mengetahui semua akibat segala urusan, lagi Mahabijaksana dalam semua ucapan dan perbuatan-Nya. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan: dan ikutilah apa yang diwahyukan Tuhanmu kepadamu. (Al-Ahzab: 2) Yakni berupa Al-Qur'an dan sunnah. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-Ahzab: 2) Maka tiada sesuatu pun yang tersembunyi bagi-Nya. dan bertawakallah kepada Allah. (Al-Ahzab: 3) dalam semua urusan dan keadaanmu. dan cukuplah Allah sebagai Pemelihara. (Al-Ahzab: 3) Cukuplah Allah sebagai Pemelihara bagi orang yang bertawakal dan bertobat kepada-Nya.

Ditulis Oleh : hendrasetiawan45.blogspot.comTutrorial Css Template

Selladrt Sobat sedang membaca artikel tentang Makalah Tafsir Tarbawi “Q.S An-Nahl :25, dan Q.S Al-Ahzab:2”. Oleh Admin, Sobat diperbolehkan mengcopy paste atau menyebar-luaskan artikel ini. Silakan di rubah dan sesuwekan sesuka selera sobat

:: Kunjungi Sumbernya ::

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Kritik dan Saran untuk blog ini agar lebih bermanfaat untuk kalian

Followers

Top Komentar